Asma
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk
dipelajari. Termasuk salah satunya adalah mengenai penyakit, patofisiologi,
manifestasi klinis hingga bagaimana cara penanganannya. Perkembangan kemajuan
teknologi dan era sekarang muncul berbagai macam penyakit yang mungkin sudah
ada yang bisa diketahui penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli.
Kita sering menjumpai beberapa klien mengeluh sakit dan bermasalah pada
pernafasan, setelah di kaji ternyata mengidap asma. Untuk itu saya membuat
makalah mengenai asma agar kita bisa mengetahui lebih jelas, bahkan mengenai
cara penularannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian asthma ?
2.
Apa penyebab asthma ?
3.
Bagaimana cara penyebaran asthma ?
4.
Bagaimana rencana tindakan pada klien asthma ?
C. Tujuan
Setelah membaca
makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih jelas mengenai asthma dan
segalanya yang berhubungan dengan kasus asthma serta rencana penanganannya.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini
tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, sistematika penulisan; BAB II PEMBAHASAN terdiri dari
pengertian asma, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, pencegahan,
kemungkinan diagnosa yang muncul, dan rencana tindakan; BAB III PENUTUP terdiri
dari kesimpulan dan daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asma
Asthma adalah
suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus. Asma
merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi,
infeksi, endokrin dan faktor fsikologis (Lukman dan sorensens 1991).
Asthma adalah
gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang
reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Kesimpulannya
Asthma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan
olahraga.
B. Beberapa Definisi Asma
Asthma adalah
suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode
bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan
pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang
reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Astma adalah
penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon hiperaktif pada stimulasi. (Smelzer Suzanne :2001).
Definisi
Asmatikus :
Status asmatikus
adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau
bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim diberikan (Medlinux,2008)
Status asmatikus
adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi
konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas,
penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode
ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap
penisilin.
C. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul
karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi
terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi ), seperti debu
rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang
2. Faktor Intrinsik
Infeksi :
Virus yang menyebabkan ialah para influenza
virus, respiratory syncytial virus (RSV)
Bakteri, misalnya pertusis dan
streptokokkus
Jamur, misalnya aspergillus
Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu
udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan iritan bahan kimia,
minyak wangi, asap rokok, polutan udara
Emosional : takut, cemas dan tegang
Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari
D. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Struktur sistem
pernafasan ada 2 yaitu :
1. Sistem pernafasan atas
· Hidung
Pada hidung
udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
· Faring
Faring merupakan
saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas
nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
· Laring
Laring merupakan
struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain berperan
sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan
melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
Sistem
pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan
bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
· Trakea
Trakea merupakan
pipa membran yang dikosongkan oleh cincin v kartilago yang menghubungkan laring
dan bronkus utama kanan dan kiri.
· Paru
Paru-paru ada
dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu
bronkus.
· Alveolus
Jaringan-jaringn
paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang
· Pleura
Permukaan luar
paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung
E. Proses Pernafasan Berdasarkan Tempatnya
Berdasarkan
tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu :
1. Pernafasan Eksternal
Pernapasan
eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2
dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini
berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
· Ventilasi pulmoner
Saat bernapas,
udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf
pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
· Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen
masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari
alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi
oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
· Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga
pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini,
oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari
jaringan kembali menuju paru.
2. Pernafasan Internal
Pernapasan
internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang
berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan
sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses
difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
F. Patofisologi Asma
Karakteristik
dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa
bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata
pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan
hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori
asidosis.
Terhadap
penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan peningkatan
pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH turun,
mencerminkan respirasi asidosis.
G. Manifestasi Klinik
Manifestasi
klinik status asma adalah perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi.
Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin
besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda
bahaya gagal pernapasan.
Mengenal suatu
serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan pemeriksaan klinis
saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak napas mendadak
disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun yang sangat
penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat serangan
terutama menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma yang
berat.
Asma akut berat
yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia pertengahan atau
lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah mengalami serangan
asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma
akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan gejala sebagai
berikut.
Bising mengi dan sesak napas berat sehingga
tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak.
Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit
Denyut nadi lebih dari 110x/menit
Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari
50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120
lt/menit
Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu
inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.
H. Evaluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Cara yang paling
akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas akut. Fungsi paru yang rendah
mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis ), mungkin
menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis,
adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Dilakukan jika
pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi berat
atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi
alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik.
Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi
asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal napas. Adanya
hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.
3. Arus puncak ekspirasi
APE mudah
diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang
objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam
presentase dari nilai dungaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila
kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
4. Pemeriksaan foto thoraks
Pemeriksaan ini
terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau
komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis,
pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis
thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan
diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya
serangan asma tersebut.
5. Elektrokardiografi
Tanda – tanda
abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah
gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea
supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke
kanan.
I. Managemen Keperawatan
1. Identitas
Didalam
identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal pengkajian, perawat yang mengkaji bahkan data penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada pasien Asma
biasanya mengeluh adanya sesak napas mendadak disertai bising mengi yang
terdengar diseluruh lapangan paru.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah
sebelumnya pasien pernah mengalami sakit asma, apakah tidak pernah, apakah
menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit sekarang
Apa yang
dirasakan klien, bagaimana keluhan klien semua ditulis
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah dalam
kesehatan keluarga ada yang pernah menderita asma atau sakit yang lainnya.
6. Pola Fungsional
Bernafas dengan normal
Pola
nutrisi
Pola eliminasi
Pola istirahat
Pola aktifitas
Kebutuhan berpakaian
Kebutuhan personal hygine
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan spirituil
Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bermain dan rekreasi
Kebutuhan belajar
Mempertahankan suhu tubuh
Berkomunikasi dengan orang lain
7. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia
kulit
ekstremitas
J. Fokus Kajian Keperawatan
AIRWAY
Pengkajian:
Pada pasien
dengan status asthma ditemukan penumpukan sputum pada jalan nafas. Ini
menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asma ini memperlihatkan
kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang
diperoleh.
BREATHING
Pengkajian :
Sumbatan jalan
napas menyebabkan bertambahnya usaha napas untuk memperoleh oksigen yang
diperlukan tubuh. Pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga
adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien
tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga
pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, kesulitan
dalam bergerak. Pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x
/ menit. Pantau adanya mengi.
CIRCULATION
Pengkajian :
Pada kasus
status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada
waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi (
APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai
atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan
sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
DISABILITY
Pengkajian :
Pada tahap
pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami
penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat
mengeluarkan kalimat yang terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu
kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan
kelelahan. Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien
unrespon.
K. Diagnosa yang mungkin muncul dan
Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas
2. Nyeri kepala berhubungan dengan agens
cidera biologis
Intervensi
Keperawatan
Tanggal
No DX
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
23 /9/ 2011
1
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam pola nafas klien menjadi
efektif
Kriteria Hasil :
Klien tidak
sesak nafas
Irama nafas
teratur
Frekuensi 14 –
20 x per menit.
Tidak terdengar
bunyi mengi
Tidak terlihat
usaha pengambilan nafas
Ukur ttv secara
berkala dan teratur
Kaji kecepatan
dan kedalaman nafas klien
Posisikan klien
semi fowler
Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan nebulizer serta oksigenasi.
Ajarkan cara
batuk efektif jika sudah terlihat membaik
untuk mengetahui
perubahan kondisi klien serta masalah saat itu
karena perubahan
status nafas menandakan adanya penyumbatan dan defisiensi o2
Posisi ini
membuat dada berkembang maksimal dan kapasitas paru menampung O2 lebih banyak
Nebulizer
merupakan alat untuk mengencerkan secret
Batuk efektif
dapat digunakan untuk mengeluarkan secret secara efektif
23/9/2011
2
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nyeri kepala berkurang
dan berangsur menghilang
Kriteria Hasil :
Tingkat
kesadaran dalam batas normal
Pusing berkurang
TD = 120/80
N = 60-100
Suhu = 36 – 37
RR = 14 - 20
Kaji faktor yang
menyebabkan klien lemas
Memonitor status
TTV
secara teratur
Pantau status
cairan baik asupan ataupun haluaran
Atur posisi
semifowler
Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian infus, oksigenasi dan terapi obat.
Kolaborasikan
dengan dokter pemberian analgesik
Kompres air
hangat
Memantau
penyebab lemas dapat menentukan mengenai rencana tindakan selanjutnya.
TTv secara berkala dapat memantau kondisi klien
saat itu
Sebagai
indikator dari cairan tubuh yang tertintegrasi dengan cerebral
perkembangan
dada maksimal, pengambilan o2 sehingga kapasitas paru maksimal
Pemberian
oksigenasi diharapkan membuat pasokan oksigen tetap adekuat
Untuk mengurangi
rasa nyeri
memberi terapi
lebih nyaman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya
Asthma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan
olahraga.
Penyebabnya :
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul
karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi
terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi ), seperti debu
rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang
2. Faktor Intrinsik
Infeksi :
Virus yang menyebabkan ialah para influenza
virus, respiratory syncytial virus (RSV)
Bakteri, misalnya pertusis dan
streptokokkus
Jamur, misalnya aspergillus
Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu
udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan iritan bahan kimia,
minyak wangi, asap rokok, polutan udara
Emosional : takut, cemas dan tegang
Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas
2. Nyeri kepala berhubungan dengan agens
cidera biologis
Daftar Pustaka
http://jhu-lee.blogspot.com/2011/02/askep-gadar-asmatikus.html
Carpenito
(2000),Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,Ed. Ke-6,EGC,Jakarta
http://databasedemokrasi.blogspot.com/2011/04/makalah-askep.html
Komentar
Posting Komentar