DIMENSIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsikognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006)
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis (60 tahun); 2) Demensia Pra Senilis (60 tahun). Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan +/- 30 juta penduduk dunia mengalami Demensia dengan berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski menurut kajian WHO (1999), usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi, tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat.Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.

B. Rumusan Masalah
1.      Mengetehui pengertian dari demensia?
2.      Mengetahui  Klasifikasi dari demensia?
3.      Mengetahui Etiologi Demensia dari demensia?
4.      Mengetahui Gejala Klinis?
5.      Mengetahui Tanda dan Gejala Demensia?
6.      Mengetahui Diagnosis dari demensia?
7.      Mengetahui Pencegahan & Perawatan Demensia dari demensia?

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai penyakit demensia pada lansia. Bagi kelompok lansia makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan  gaya hidup mereka yang merupakan factor resiko terjadinya demensia.










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

B. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.




C. Klasifikasi
1. Menurut Umur:
·         Demensia senilis (>65th)
·         Demensia prasenilis (<65th)
·         Menurut perjalanan penyakit:
·         Reversibel
·         Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,   Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
2. Menurut kerusakan struktur otak Tipe Alzheimer Tipe non-Alzheimer
·         Demensia vaskular
·         Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
·         Demensia Lobus frontal-temporal
·         Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
·         Morbus Parkinson
·         Morbus Huntington
·         Morbus Pick
·         Morbus Jakob-Creutzfeldt
·         Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
·         Prion disease
·         Palsi Supranuklear progresif
·         Multiple sklerosis
·         Neurosifilis
·         Tipe campuran
3. Menurut sifat klinis:
·         Demensia proprius
·         Pseudo-demensia

D. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

E. Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.
1.  Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana. Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain,
Disorientasi
·         gangguan bahasa (afasia)
·         penderita mudah bingung
·         penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
·         Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”
Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain:
·         Penderita menjadi vegetatif
·         tidak bergerak dan membisu
·         daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri
·         tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
·         kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
·         kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
2.Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler. Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
a.  Kelainan sebagai penyebab Demensia :
·         penyakit degenaratif
·         penyakit serebrovaskuler
·         keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
·         trauma otak
·         infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
·         Hidrosefaulus normotensif
·         Tumor primer atau metastasis
·         Autoimun, vaskulitif
·         Multiple sclerosis
·         Toksik
·         kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
b. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi
c. Gangguan psiatrik :
·         Depresi
·         Anxietas
·         Psikosis
d.Obat-obatan :
·         Psikofarmaka
·         Antiaritmia
·         Antihipertensi
e. Antikonvulsan
·         Digitalis
f. Gangguan nutrisi :
·         Defisiensi B6 (Pelagra)
·         Defisiensi B12
·         Defisiensi asam folat
·         Marchiava-bignami disease
g. Gangguan metabolisme :
·         Hiper/hipotiroidi
·         Hiperkalsemia
·         Hiper/hiponatremia
·         Hiopoglikemia
·         Hiperlipidemia
·         Hipercapnia
·         Gagal ginjal
·         Sindromk Cushing
·         Addison’s disesse
·         Hippotituitaria
·         Efek remote penyakit kanker



F. Tanda dan Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
·         Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
·         Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
·         Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
·         Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
·         Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

G. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
·         Pembedaan antara delirium dan demensia
·         Bagian otak yang terkena
·         Penyebab yang potensial reversibel
·         Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
·         Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
·         Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
·         Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
·         Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

H. Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

I. Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

J.  Pencegahan & Perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :

·         Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
·         Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
·         Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
·         Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
·         Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi
·         Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.
Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.

A.    Pengkajian
Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.

B.     Tanda dan Gejala
·         Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
·         Pelupa
·         Sering mengulang kata-kata
·         Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
·         Cepat marah dan sulit di atur.
·         Kehilangan daya ingat
·         kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
·         kurang konsentrasi
·         kurang kebersihan diri
·         Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
·         Mudah terangsang
·         Tremor
·         Kurang koordinasi gerakan.



C.    Cara melakukan pengkajian
Membina hubunga saling percaya dengan klien lansia. Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia. Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·         Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
·         Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
·         Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
·         Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
·         Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
Bersikap empati dengan cara:
·         Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata atau kalimat jargon)
·         Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu respon pasien
·         Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama.
·         Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus direndahkan.
·         Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
·         Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka
·         Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien.
·         Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian
·         Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
·         Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
·         Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
·         Tidak berisik atau rebut
·         Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
·         Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.
·         Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

Kurang konsentrasi
·         Kurang kebersihan diri
·         Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
·         Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
·         Tremor
·         Kurang kordinasi gerak
·         Aktiftas terbatas
·         Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:

D.    Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan:
·         Gangguan Proses Pikir
·         Risiko Cedera: jatuh

E.     Tindakan Keperawatan
·         Diagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”
·         Tindakan keperawatan untuk pasien:
Tujuan agar pasien mampu:
·         Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat
·         Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
·         Tindakan

·         Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya tempat tidur, lemari, pakaian dll.
·         Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
·         Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat
·         Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
·         Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.
·         Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
·         Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.
·         Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
·         Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
·         Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
·         Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis. Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi dats dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi askep fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
            Diagnosa keperawatan secara kasus demensia antara lain :
·         Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ( degenerasi neuron irevesibel )
·         Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat diri
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
·         Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

             Intervensi yang dilakukan untuk menjaga kesehatan pasien adalah
·         Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi dan kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
·         Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
·         Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien perawat yg terapeutik.
·         Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
·         Tatap wajah ketika berbicara dengan klien dan Panggil klien dengan namanya.
·         Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.








DAFTAR PUSTAKA


Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika

Aru, Sudoyo W.   2009 . Ilmu  Penyakit  Dalam . Jakarta : Internal Publisting

Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep penelitian demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.

Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Neurologi. Jakarta : Selemba medika

Mary,  Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta : EGC

Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. 2005 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . E& . Jakarta : EGC
Syaifuddin . 2011 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan . E& . 2 . Jakarta : Salemba Medika

Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info Media

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999


Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asam Amino

Anggaran Fleksibel

Makalah Buah Manggis