IMAN KEPADA RASUL
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah
satu daripada Rukun lman agama lslam adalah percaya kepada kitab-kitab yang
telah diturunkan oleh Allah' orang lslam percaya bahwa Allah telah menurunkan
kitab-kitab kepada para nabi dan rasul untuk membimbing manusia ke jalan yang
benar. la diakhiri dengan kitab Al-quran.
lman
kepada kitab-kitab Allah dahulu berarti kita wajib percaya bahwa sebelum Al
eur,an, Allah swr menurunkan kitab-kitab kepacla rasu!-rasul dan nabi-nabi-Nya,
iman yang tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap
perundang-undangannya. sebab perundang-undangan kitab-kitab suci yang dahulu
telah terhapus, telah digantikan dengan perundang-undangan Al-qur’an. Maka Al-
Qur’anlah satu-satunya kitab yang sekarang kita ikuti dan kita imani.
Rasul
dan nabi merupakan manusia biasa. lslarn rnenghendaki penganutnya untuk
mempercayai setiap nabi dan rasul in idan tidak membezakan mereka antai satu
sama lain. Rasul pula merupakan seorang lelakiyang dipilih untuk menerima wahyu
untuk dirinya serta disampaikan kepada orang lain. Dilaporkan terdapat 313
orang telah dipilih sebagai rasul sejak bermulanya penciptaan manusia. Manakala
bilangan nabi pula adalah 24 orang termasuk rasul. Terdapat lebih kurang 25
rasul yang dinyatakan daram Ar-Quran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
2.1.1
Pengertian rasul
Beriman
kepada nabi dan rasul ialah meyakini bahwa nabi dan rasul itu benar-benar
diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan hidup yang baik
yang diridlai Allah. Lslam mengajar umatnya bahawa Allah menyampaikan wahyuNya
melalui malaikat kepada nabi dan rasul. Nabi ialah seorang lelakiyang dipilih
Allah untuk menerima wahyu untuk kegunaan dirinya dan umatnya sahaja.
Muhammad
merupakan nabi dan rasulyang terakhir. lni bermakna tiada nabi dan rasul akan
dilantik selepas kewafatan baginda. Baginda telah menyampaikan peringatan
terakhir (iaitu Al Quran dan As Sunnah) kepada manusia sebelum berlakunya hari
kiamat. Di antara 25 rasul, terdapat 5 orang rasul yang mendapatkan gelar Ulul
Azmi. Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada rasulAllah yang memiliki
ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.
Rasul
diberitugas oleh Allah. Secara umumnya, tugas nabi dan rasul adalah membawa
kebenaran, memberikan khabar gembira dan peringatan kepada umatnya agar mereka
menjadi umat yang beriman kepada Allah agar tidak sengsara dunia dan akhirat.
Para rasul diberi wahyu oleh Allah yang membuktikan bahwa mereka adalah
pembimbing dalam segala amal perbuatannya pantas dijadikan cermin tauladan.
Apakah
hikmah atau faedah diadakan Rasuldan Nabi ? Antara faedahnya ialah. Rasul dan
Nabi diutus kepada umat manusia agar umat rnanusia kenal Allah sebagai Tuhan
yang menciptakan alam ini. Dengan adanya Rasul dan Nabi, manusia akan kenal
dengan tepat dan siapa Tuhan yang sebenar, serta faham pula kewajipan-kewajipan
yang perlu ditunaikan sebagai seorang makhluk yang diciptakan Allah SWT. Jika
seseorang yang diciptakan Allah tidak kenal siapa Tuhannya yang sebenar dan
tidak mengakui keagungannya dengan jalan yang sebenar, nescaya sesatlah dirinya
dan segala amal kebajikan yang dilaksanakannya tiada nilai disisi Allah.
2.1.2
Sifat-sifat Rasul dan Nabi
1. STDDIQ
Siddiq
maknanya benar. Apa yang disabdakan oleh RasullNabi adalah benar dan dibenarkan
kata-katanya. Siddiq dan sadiqul masduq. Rasul/Nabi tidak berkata-kata
melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul.INabi
bersifat dengan sifat KIZZlB (Dusta ). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu
yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya. Firman Allah
bermaksud : Tidaklah dia (Rasulullah SAW) mengucapkan mengikut kemahuan hawa
nafsunya. Apa yang diucapkan tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan.
(An-Najm: 3-4).
2. AMANAH.
Amanah
ialah RasullNabi akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hukum-hukum Allah
dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga
RasulAlabi tidak memungkiri janji "Barangsiapa yang berdusta atas nama ku,
siapkanlah tempatnya di dalam api neraka " (Bukhari, Muslim ) Maka
mustahil Rasul/Nabi bersifat KHIANAT yaitu tidak amanah dan mungkir janji.
3. TABLIGH
Tabligh
adalah menyampaikan. RasullNabi menyampaikan kepada umatnya apayangAllah wahyukan
kepadanya. Mustahil Rasul,rNabi bersifat dengan sifat KITMAN yaitu
menyembunyikan.
4. FATANAH
Fatanah
adalah bijaksana. Rasul./Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan
betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-epnentangnya dengan
bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh . Mustahil RasullNabi bersifat dengan
sifat Jahlun iaitu bebal. Dan satu sifat yang j aiz atau sifat yang harus bagi
Rasul/Nabi ialah Aradhul Basyariyah iatu untuk bersifat dengan sifat-sifat yang
dipunyai oleh manusia-manusia biasa. Seperti ingin makan, berkahwin, mempunyai
zuriat dan sebagainya.
2.1.3 Jumlah Rasul Allah
Jumlah
Nabi dan Rasul memang tidak dapat ditemukan secara pasti dalam al-Qur’an.
Adapun nama-nama Nabi dan Rasul yang secara jelas disebutkan dalam al-Qur’an
ada sebanyk 25 orang
1. Adam
|
10.
Yusuf
|
19. Ilyas
|
2. Idris
|
11.
Luth
|
20. Ilyasa’
|
3. Nuh
|
12.
Ayyub
|
21. Yunus
|
4. Hud
|
13.
Syu’aib
|
22. Zakaria
|
5. Shaleh
|
14.
Musa
|
23. Yahya
|
6. Ibrahim
|
15.
Harun
|
24. Isa
|
7. Isma’il
|
16.
Zulkifli
|
25. Muhammad
|
8. Ishaq
|
17.
Daud
|
|
9. Ya’qub
|
18.
Sulaiman
|
Ulul
‘Azmi
Ulul
‘Azmi ialah Rasul yang memiliki keteguhan hati, ulet, militan. Rasul yang
termasuk ‘Ulul ‘Azmi’ adalah NUH as,IBRAHIM as, MUSA as, ISA as,MUHAMMAD saw.
2.1.4
Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Di
antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai
berikut:
1. Teguh
keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang
kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah
swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah s'ryt tanpa disertai
keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Ailah
swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa
ayat 59, Ali lmran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua
kalimat syahadat sebagai rukun lslam pertama adalah pernyataan seorang muslim
untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. disatu sisi, dan
keimanan kepada Rasulullah disisi lainnya.
2. Meyakini
kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran
yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran
maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang
sangat prinsip bagi siapapun yang mencarijalan keselamatan, karena wahyu Allah
sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran
wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai
pembawa wahyu tersebut. Allah menjelaskan dalam surah At Baqarah ayat 285 yang
artinya sebagai berikut:
"Rasultelah
beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dariTuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya."(Q.S. Al Baqarah 285)
3. Tidak
membeda-bedakan antara rasulyang satu dengan yang lain
Dengan
beriman kepada rasul-rasulAllah berarti tidak membeda-bedakan antara rasulyang
satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini
kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas
sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah
atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap
seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam
surah" l Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut :\
"...Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari
rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kamidengar dan kami
taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kamiya Tuhan kami, dan kepada
Engkaulah tempat kembali."
4. Menjadikan
para rasul sebagai uswah hasanah
Para
rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang
pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah
orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi
acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang dilingkungannya.Apalagi
setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka
selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Dalam surah AlAhzab ayat21- Allah
swt. menegaskan sebagai berikut:
"sungguh
pada diri Rasulullah terdapat suritauladan yang baik bagi kamu," (Q.S. Al-
Ahzab ayat 21). Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah
harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa -apa yang dilarangnya harus
dihindarkan.
2.2
Imam Kepada Kitab-Kitab Allah
2.2.1
Pengertian kitab
Pengertian
iman kepada kitab-kitabAllah aoaiah mempercayaidan bahwa Allah swr
meyakinisepenuh hati telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau
rasutyang berisiwahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Al
eur,an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa
terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah
berikut
Artinya :
"
sesungguhnya Kami yang m'enurunkan Al eur,an dan-sesungguhnya Kami yang
memeliharanya.- (AlHijr : 9).
Menurut
kamus besar bahasa lndonesia, kitab yaitu buku : bacaan : wahyu Tuhan yang
dibukukan' sedangkan iman yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Allah,
"rui '.,,.u hati; keteguhan batin; dst : ketetapan keseimbangan batin.
Yang dimaksud iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah swr telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul-rasul- Nya untuk
disampaikan kepada umatnya sebagaipedoman hidup (petunjuk) bagi umat manusia
supaya dapat meraih kebahagian di dunia dan di akhirat.
2.2.2
Jumlah Kitab dan suhuf (shahifah)
Jumlah
kitab itu tentu banyak sekali. Sebab sudah pasti, setiap Nabi tentu mendapatkan
risalat yang wajib disampaikannya kepada umatnya atau kaumnya.Sedang jumlah
nabi itu banyak sekali.
Tetapi
banyak diantara kitab-kitab tersebut yang tidak dapat kita ketahui sama
sekali.Sebab tidak dicatatkan bagi kita.Yang dicatatkan bagi kita hanyalah 4
kitab, yaitu:
1. Kitab
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
2. Kitab
Zabur kepada Nabi Daud as.
3. Kitab
Injil kepada Nabi Isa as.
4. Kitab
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw.
Suhuf
ialah hukum-hukum dasar yang diterangkan untuk suatu umat ketika itu saja.
Suhuf merupakan kepingan risalah atau lembaran tertulis yg mengandung
pengajaran dan hukum-hukum. Setengah qaul ulama mengatakan ada 100 suhuf dan
setengah yang lain mengatakan ada 110 suhuf, yaitu:
1) 10
suhuf kepada Nabi Adam a.s.
2) 50
suhuf kepada Nabi Syith a.s.
3) 10
suhuf kepada Nabi Ibrahim a.s.
4) 30
suhuf kepada Nabi Idris a.s.
5) 10
suhuf kepada Nabi Musa a.s.
Dari
sekian suhuf di atas yang dicatatkan hanya shahifah Nabi Ibrahim a.s. dan
shahifah Nabi Musa a.s.
Allah memberitahukan bahwa:
1) Kitab
Al-Qur’an adalah kitab yang terakhir.
2) Kitab-kitab yang sebelum Al-Qur’an
a. Banyak
yang disembunyikan isinya oleh tokoh-tokohnya
b. Sudah
banyak yang diubah oleh tokoh-tokohnya.
c. Bercampur
aduk didalamnya antara yang benar dengan yang salah
d. Mereka
yang menulis kitab-kitab itu, lalu mereka katakan: ini dari Allah.
Ternyata
Al-Qur’an memang tetap terpelihara sampai saat ini.Hal ini dapat terjadi antara
lain karena :
1. Al
Qur’an mudah dihafal
2. Banyak
orang yang bergairah untuk menghafalnya
3. Banyak
umat islam yang hafal akan Al-Qur’anU
4. Umat
islam selalu memelihara keasliannya dengan baik dengan
Kita
wajib beriman bahwa setiap hukum yang telah disampaikan para rasul kepada umat
manusia itu atas perintah yang mereka terima langsung atau dengan perantaraan
malaikat. Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT berdasarkan firman Allah SWT
dalam surat Al Baqarah ayat 285 :
Artinya:
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dariTuhan-nya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya dan rasul-rasul-Nya ." (Q.S. Al Baqarah (2)
: 285) :
2.2.3
Perilaku Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Dalam
menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah SWT berkaitan erat
dengan perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dapat
dicerminkan sebagai berikut :
a. Meyakini
bahwa sebelum Al Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul
dan nabi-nabiNya. Sebagaimana firman-Nya:
b. Meyakini
dengan sebenarnya bahwa kitab yang terakhir adalah Al Qur'an yaitu sebagai
pedoman hidup.
c. Menyembah
dan beribadah hanya kepada Allah SWT.
d. Meyakini
bahwa Al Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhamad SAW sebagai penyempurna.
Kitab-kitab dahulu tidak universal ajarannya. Aturan-aturan yang terkandung
didalamnya pada umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat kitab-kitab itu
diturunkan.
e. Meyakini
bahwa teks asli dari kitab yang telah lalu telah hilang sama sekali dan
bahasanya telah mati sejak beberapa abad yang silam. Hanya Al Qur'an yang
sampai sekarang tidak pernah berubah hatta satu huruf sekalipun.
2.2.4
Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Dalam menerapkan hikmah beriman
kepada kitab-kitab Allah SWT, imlementasinya sebagai berikut:
a. Beriman
kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib. Harus melakukan, tidak boleh
meninggalkan. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan
balasan dari Allah SWT berupa ganjaran.
b. Menjadikan
Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dimana Al-Qur'an merupakan penyempurna dari
kitab-kitab terdahulu. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan
membuktikan keimanannya selalu sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam
hidupnya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (pelajari Q.S. Al Baqarah
(21 :251)
c. Memberikan
kemantapan dalam menjalani keislaman.
Al Qur'an adalah firman
Allah SWT dan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
bukti kerasulannya dan sampai akhiruz zaman tetap terjaga kemurniannya.(Q.S. 15
: 9).
2.3
Pengertian Beriman Kepada Qada’ dan
Qadar
Iman adalah keyakinan yang diyakini
didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’artinya
ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya
ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan
Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan
sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan
Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi
di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman
kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya : “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat,
kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik
maupun buruk.” (HR. Muslim)
Dan
sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang
telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya
berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka
ditetapkanlah (salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi;
‘Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? ‘ Maka
ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya, ditetapkan pula amalnya,
umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat
tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim)
Allah berfirman :
Artinya
: “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu,
melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.
Al-Hadiid:22)
2.4
Macam-Macam Takdir
Takdir terbagi menjadi dua
bagian,yakni:
a. Takdir
Mu’allaq
Takdir mu’allaq adalah takdir Allah
SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat berubah karena usaha dan ikhtiar
manusia. Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah nasib suatu kaum sehingga
mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
1) Miskin
bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman :
Artinya
: “Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan
Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat
105)
2) Bodoh
Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
Rasullulah
SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal
kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R. Tabrani)
3) Orang
sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman :
Artinya
: “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)
b. Taqdir
Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang
pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Contohnya nasib manusia,
lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan terjadinya kiamat dan sebagainya. Qada’
& qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia
Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui
qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana
statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya
meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah
ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa
yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahuinya.
2.5
Fungsi Beriman Kepada Qada’dan Qadar Allah Swt
Beriman kepada qada’dan qadar
mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a) Mempunyai
semangat ikhtiar
Ikhtar
artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan
akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang
murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar
usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman :
Artinya:“
Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan(kepadanya).”(Q.S.An-Najm, 39-40)
b) Mempunyai
sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan
Percaya qada’ dan qadar , manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian
yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh
pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada
kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau
pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan,
penderitaan, kesakitan dan kesensaraan.
Cobaan
harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya
tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah
SWT berfirman :
Artinya:
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, ’’kami
telah beriman, ”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut,29:2)
c) Sabar
bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala
yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan
kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya:“Yaitu
orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi
rajiun’.(Q.S. Albaqarah,2:156)
d) Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya
bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah
dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu
pekerjaan atau usaha. Menurut Imam
Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi
setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan berarti
penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran diri yang
haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan
maksimal.
2.6
Ciri- Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada’dan Qadar
a. Qana’ah
dan Kemuliaan Diri
Seseorang
yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan
bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki
itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak
dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa
seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya
dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan
baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan,
kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan
kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa
jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah
ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari
kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b. Cita-Cita
Yang Tinggi
Maksud
dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari
perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya
dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan
kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar
membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari
kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
c. Bertekad
dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
Orang
yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya,
memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala
kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada
hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan,
keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk
melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan
mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk
menggapainya.
d. Bersikap
Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman kepada qadar akan membawa
kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini
mengalami keadaan bermacam-macam. Orang-orang yang beriman kepada qadar
menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima,
bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai
urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka
mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan
kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan
keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi,
meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik
terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan
sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat
menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan
harapan yang baik.
e. Selamat
Dari Kedengkian dan Penentangan
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan
banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah
menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang
beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah
berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan
menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya,
sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang
ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat
dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang
bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni
(sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.
2.7
Hikmah Orang Yang Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar
Dengan
beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:
a. Banyak
Bersyukur dan Bersabar
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia
akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian. Firman Allah :
Artinya:”dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ” (
QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan
Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang
yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
Artinya:
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
c. Bersifat
Optimis dan Giat Bekerja
Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu. Firman Allah:
Artinya
: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-
Qashas ayat 77)
d. Jiwanya
Tenang
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau
gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman :
Artinya
: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam
sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Beriman
kepada rasul adalah salah satu rukun iman dalam agama Islam, dimana tidak sah
iman seseorang tanpa beriman kepada para rasul tersebut. Pengertian beriman
kepada rasul-rasul adalah: meyakini secara pasti bahwa Allah SWT Mempunyai
rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah- Nya.
Barangsiapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barangsiapa yang
mengingkarinya akan tersesat. Dan mereka para rasul telah menyampaikan semua
yang telah diturunkan Allah kepada mereka secara jelas. Mereka telah menunaikan
semua amanah, membimbing umat dan berjuang di jalan Allah dengan
sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak ada sedikitpun isi risalah yang
diganti atau diubah atau disembunyikan mereka. Kita wajib beriman kepada semua
rasul baik yang disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul
yang datang pasti membawa berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul
yang dating sesudahnya membenarkan rasul-rasul sebelumnya.
Beriman
kepada kitab Allah artinya percaya bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada
para rasul-Nya dan tidak hanya Al-Qur’an saja, tapi juga kitab-kitab sebelumnya
yaitu Taurat, Zabur dan Injil.
Beriman
kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai
dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita
tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu
buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut
Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan
tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan
untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonime, http://menatap-ilmu.blogspot.com/2011/07/pengertian-adab.html.
Diakses pada tanggal 30 Maret 2016.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan
Hikmah Aqidah Islam. Yokyakarta: Mitra Pustaka.
Shalut, Muhammad. 1998. Akidah dan
Syari’ah Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Komentar
Posting Komentar