IMAN KEPADA RASUL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Salah satu daripada Rukun lman agama lslam adalah percaya kepada kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah' orang lslam percaya bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para nabi dan rasul untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. la diakhiri dengan kitab Al-quran.
            lman kepada kitab-kitab Allah dahulu berarti kita wajib percaya bahwa sebelum Al eur,an, Allah swr menurunkan kitab-kitab kepacla rasu!-rasul dan nabi-nabi-Nya, iman yang tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap perundang-undangannya. sebab perundang-undangan kitab-kitab suci yang dahulu telah terhapus, telah digantikan dengan perundang-undangan Al-qur’an. Maka Al- Qur’anlah satu-satunya kitab yang sekarang kita ikuti dan kita imani.
            Rasul dan nabi merupakan manusia biasa. lslarn rnenghendaki penganutnya untuk mempercayai setiap nabi dan rasul in idan tidak membezakan mereka antai satu sama lain. Rasul pula merupakan seorang lelakiyang dipilih untuk menerima wahyu untuk dirinya serta disampaikan kepada orang lain. Dilaporkan terdapat 313 orang telah dipilih sebagai rasul sejak bermulanya penciptaan manusia. Manakala bilangan nabi pula adalah 24 orang termasuk rasul. Terdapat lebih kurang 25 rasul yang dinyatakan daram Ar-Quran.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
2.1.1 Pengertian rasul
            Beriman kepada nabi dan rasul ialah meyakini bahwa nabi dan rasul itu benar-benar diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan hidup yang baik yang diridlai Allah. Lslam mengajar umatnya bahawa Allah menyampaikan wahyuNya melalui malaikat kepada nabi dan rasul. Nabi ialah seorang lelakiyang dipilih Allah untuk menerima wahyu untuk kegunaan dirinya dan umatnya sahaja.
            Muhammad merupakan nabi dan rasulyang terakhir. lni bermakna tiada nabi dan rasul akan dilantik selepas kewafatan baginda. Baginda telah menyampaikan peringatan terakhir (iaitu Al Quran dan As Sunnah) kepada manusia sebelum berlakunya hari kiamat. Di antara 25 rasul, terdapat 5 orang rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada rasulAllah yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.
            Rasul diberitugas oleh Allah. Secara umumnya, tugas nabi dan rasul adalah membawa kebenaran, memberikan khabar gembira dan peringatan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang beriman kepada Allah agar tidak sengsara dunia dan akhirat. Para rasul diberi wahyu oleh Allah yang membuktikan bahwa mereka adalah pembimbing dalam segala amal perbuatannya pantas dijadikan cermin tauladan.
            Apakah hikmah atau faedah diadakan Rasuldan Nabi ? Antara faedahnya ialah. Rasul dan Nabi diutus kepada umat manusia agar umat rnanusia kenal Allah sebagai Tuhan yang menciptakan alam ini. Dengan adanya Rasul dan Nabi, manusia akan kenal dengan tepat dan siapa Tuhan yang sebenar, serta faham pula kewajipan-kewajipan yang perlu ditunaikan sebagai seorang makhluk yang diciptakan Allah SWT. Jika seseorang yang diciptakan Allah tidak kenal siapa Tuhannya yang sebenar dan tidak mengakui keagungannya dengan jalan yang sebenar, nescaya sesatlah dirinya dan segala amal kebajikan yang dilaksanakannya tiada nilai disisi Allah.

2.1.2 Sifat-sifat Rasul dan Nabi
1.      STDDIQ
            Siddiq maknanya benar. Apa yang disabdakan oleh RasullNabi adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. Siddiq dan sadiqul masduq. Rasul/Nabi tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul.INabi bersifat dengan sifat KIZZlB (Dusta ). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya. Firman Allah bermaksud : Tidaklah dia (Rasulullah SAW) mengucapkan mengikut kemahuan hawa nafsunya. Apa yang diucapkan tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. (An-Najm: 3-4).
2.      AMANAH.
            Amanah ialah RasullNabi akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hukum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga RasulAlabi tidak memungkiri janji "Barangsiapa yang berdusta atas nama ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka " (Bukhari, Muslim ) Maka mustahil Rasul/Nabi bersifat KHIANAT yaitu tidak amanah dan mungkir janji.
3.      TABLIGH
            Tabligh adalah menyampaikan. RasullNabi menyampaikan kepada umatnya apayangAllah wahyukan kepadanya. Mustahil Rasul,rNabi bersifat dengan sifat KITMAN yaitu menyembunyikan.
4.      FATANAH
            Fatanah adalah bijaksana. Rasul./Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-epnentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh . Mustahil RasullNabi bersifat dengan sifat Jahlun iaitu bebal. Dan satu sifat yang j aiz atau sifat yang harus bagi Rasul/Nabi ialah Aradhul Basyariyah iatu untuk bersifat dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh manusia-manusia biasa. Seperti ingin makan, berkahwin, mempunyai zuriat dan sebagainya.

2.1.3 Jumlah Rasul Allah
            Jumlah Nabi dan Rasul memang tidak dapat ditemukan secara pasti dalam al-Qur’an. Adapun nama-nama Nabi dan Rasul yang secara jelas disebutkan dalam al-Qur’an ada sebanyk 25 orang
1.    Adam
10. Yusuf
19. Ilyas
2.    Idris
11. Luth
20. Ilyasa’
3.    Nuh
12. Ayyub
21. Yunus
4.    Hud
13. Syu’aib
22. Zakaria
5.    Shaleh
14. Musa
23. Yahya
6.    Ibrahim
15. Harun
24. Isa
7.    Isma’il
16. Zulkifli
25. Muhammad
8.    Ishaq
17. Daud
9.    Ya’qub
18. Sulaiman

Ulul ‘Azmi
            Ulul ‘Azmi ialah Rasul yang memiliki keteguhan hati, ulet, militan. Rasul yang termasuk ‘Ulul ‘Azmi’ adalah NUH as,IBRAHIM as, MUSA as, ISA as,MUHAMMAD saw.

2.1.4 Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
            Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut:
1.      Teguh keimanannya kepada Allah swt
            Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah s'ryt tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Ailah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali lmran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun lslam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. disatu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah disisi lainnya.
2.      Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
            Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencarijalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Allah menjelaskan dalam surah At Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
            "Rasultelah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dariTuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya."(Q.S. Al Baqarah 285)
3.      Tidak membeda-bedakan antara rasulyang satu dengan yang lain
            Dengan beriman kepada rasul-rasulAllah berarti tidak membeda-bedakan antara rasulyang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah" l Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut :\
            "...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kamidengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kamiya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali."
4.      Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
            Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang dilingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Dalam surah AlAhzab ayat21- Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
            "sungguh pada diri Rasulullah terdapat suritauladan yang baik bagi kamu," (Q.S. Al- Ahzab ayat 21). Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa -apa yang dilarangnya harus dihindarkan.

2.2 Imam Kepada Kitab-Kitab Allah
2.2.1  Pengertian kitab
            Pengertian iman kepada kitab-kitabAllah aoaiah mempercayaidan bahwa Allah swr meyakinisepenuh hati telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasutyang berisiwahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Al eur,an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut
Artinya :
            " sesungguhnya Kami yang m'enurunkan Al eur,an dan-sesungguhnya Kami yang memeliharanya.- (AlHijr : 9).
            Menurut kamus besar bahasa lndonesia, kitab yaitu buku : bacaan : wahyu Tuhan yang dibukukan' sedangkan iman yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, "rui '.,,.u hati; keteguhan batin; dst : ketetapan keseimbangan batin. Yang dimaksud iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah swr telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul-rasul- Nya untuk disampaikan kepada umatnya sebagaipedoman hidup (petunjuk) bagi umat manusia supaya dapat meraih kebahagian di dunia dan di akhirat.

2.2.2 Jumlah Kitab dan suhuf (shahifah)
            Jumlah kitab itu tentu banyak sekali. Sebab sudah pasti, setiap Nabi tentu mendapatkan risalat yang wajib disampaikannya kepada umatnya atau kaumnya.Sedang jumlah nabi itu banyak sekali.
            Tetapi banyak diantara kitab-kitab tersebut yang tidak dapat kita ketahui sama sekali.Sebab tidak dicatatkan bagi kita.Yang dicatatkan bagi kita hanyalah 4 kitab, yaitu:
1.      Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
2.      Kitab Zabur kepada Nabi Daud as.
3.      Kitab Injil kepada Nabi Isa as.
4.      Kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw.
            Suhuf ialah hukum-hukum dasar yang diterangkan untuk suatu umat ketika itu saja. Suhuf merupakan kepingan risalah atau lembaran tertulis yg mengandung pengajaran dan hukum-hukum. Setengah qaul ulama mengatakan ada 100 suhuf dan setengah yang lain mengatakan ada 110 suhuf, yaitu:
1)      10 suhuf kepada Nabi Adam a.s.
2)      50 suhuf kepada Nabi Syith a.s.
3)      10 suhuf kepada Nabi Ibrahim a.s.
4)      30 suhuf kepada Nabi Idris a.s.
5)      10 suhuf kepada Nabi Musa a.s.
            Dari sekian suhuf di atas yang dicatatkan hanya shahifah Nabi Ibrahim a.s. dan shahifah Nabi Musa a.s.
Allah memberitahukan bahwa:
1)      Kitab Al-Qur’an adalah kitab yang terakhir.
2)       Kitab-kitab yang sebelum Al-Qur’an
a.       Banyak yang disembunyikan isinya oleh tokoh-tokohnya
b.      Sudah banyak yang diubah oleh tokoh-tokohnya.
c.       Bercampur aduk didalamnya antara yang benar dengan yang salah
d.      Mereka yang menulis kitab-kitab itu, lalu mereka katakan: ini dari Allah.
           

            Ternyata Al-Qur’an memang tetap terpelihara sampai saat ini.Hal ini dapat terjadi antara lain karena :
1.      Al Qur’an mudah dihafal
2.      Banyak orang yang bergairah untuk menghafalnya
3.      Banyak umat islam yang hafal akan Al-Qur’anU
4.      Umat islam selalu memelihara keasliannya dengan baik dengan
            Kita wajib beriman bahwa setiap hukum yang telah disampaikan para rasul kepada umat manusia itu atas perintah yang mereka terima langsung atau dengan perantaraan malaikat. Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 285 :
            Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dariTuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya dan rasul-rasul-Nya ." (Q.S. Al Baqarah (2) : 285) :

2.2.3 Perilaku Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
            Dalam menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah SWT berkaitan erat dengan perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dapat dicerminkan sebagai berikut :
a.       Meyakini bahwa sebelum Al Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul dan nabi-nabiNya. Sebagaimana firman-Nya:
b.      Meyakini dengan sebenarnya bahwa kitab yang terakhir adalah Al Qur'an yaitu sebagai pedoman hidup.
c.       Menyembah dan beribadah hanya kepada Allah SWT.
d.      Meyakini bahwa Al Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhamad SAW sebagai penyempurna. Kitab-kitab dahulu tidak universal ajarannya. Aturan-aturan yang terkandung didalamnya pada umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat kitab-kitab itu diturunkan.
e.       Meyakini bahwa teks asli dari kitab yang telah lalu telah hilang sama sekali dan bahasanya telah mati sejak beberapa abad yang silam. Hanya Al Qur'an yang sampai sekarang tidak pernah berubah hatta satu huruf sekalipun.

2.2.4 Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Dalam menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, imlementasinya sebagai berikut:
a.       Beriman kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib. Harus melakukan, tidak boleh meninggalkan. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa ganjaran.
b.      Menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dimana Al-Qur'an merupakan penyempurna dari kitab-kitab terdahulu. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan membuktikan keimanannya selalu sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam hidupnya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (pelajari Q.S. Al Baqarah (21 :251)
c.       Memberikan kemantapan dalam menjalani keislaman.
Al Qur'an adalah firman Allah SWT dan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kerasulannya dan sampai akhiruz zaman tetap terjaga kemurniannya.(Q.S. 15 : 9).

2.3 Pengertian Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
            Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)
            Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah (salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya, ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim)
Allah berfirman :
            Artinya : “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu, melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadiid:22)

2.4 Macam-Macam Takdir
Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakni:
a.       Takdir Mu’allaq
            Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu  kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
1)      Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman :
            Artinya : “Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
2)      Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
            Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R. Tabrani)
3)      Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman :
            Artinya : “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.”  (Al-Mu’minun ayat 60)
b.      Taqdir Mubram
            Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan terjadinya kiamat dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahuinya.
2.5 Fungsi Beriman Kepada Qada’dan Qadar Allah Swt
            Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a)      Mempunyai semangat ikhtiar
            Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman :
            Artinya:“ Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya  usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya).”(Q.S.An-Najm, 39-40)
b)      Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
            Dengan Percaya qada’ dan qadar , manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan, kesakitan dan kesensaraan.
            Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman :
            Artinya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, ’’kami telah beriman, ”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut,29:2)
c)      Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
            Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT :
            Artinya:“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqarah,2:156)
d)     Tawakal
            Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha.  Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal.
2.6 Ciri- Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada’dan Qadar
a.       Qana’ah dan Kemuliaan Diri
            Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b.      Cita-Cita Yang Tinggi
            Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
c.       Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
            Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
            Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya.
d.      Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
            Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
e.       Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan
            Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.

2.7 Hikmah Orang Yang Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar   
            Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a.       Banyak Bersyukur dan Bersabar
            Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman Allah :
            Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ” ( QS. An-Nahl ayat 53).
b.      Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
            Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
            Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
c.       Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
            Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah:
            Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d.      Jiwanya Tenang
            Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman :
            Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Beriman kepada rasul adalah salah satu rukun iman dalam agama Islam, dimana tidak sah iman seseorang tanpa beriman kepada para rasul tersebut. Pengertian beriman kepada rasul-rasul adalah: meyakini secara pasti bahwa Allah SWT Mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah- Nya. Barangsiapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barangsiapa yang mengingkarinya akan tersesat. Dan mereka para rasul telah menyampaikan semua yang telah diturunkan Allah kepada mereka secara jelas. Mereka telah menunaikan semua amanah, membimbing umat dan berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak ada sedikitpun isi risalah yang diganti atau diubah atau disembunyikan mereka. Kita wajib beriman kepada semua rasul baik yang disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul yang datang pasti membawa berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul yang dating sesudahnya membenarkan rasul-rasul sebelumnya.
            Beriman kepada kitab Allah artinya percaya bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul-Nya dan tidak hanya Al-Qur’an saja, tapi juga kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur dan Injil.
            Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.






DAFTAR PUSTAKA
Anonime, http://menatap-ilmu.blogspot.com/2011/07/pengertian-adab.html. Diakses pada tanggal 30 Maret 2016.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Aqidah Islam. Yokyakarta: Mitra Pustaka.
Shalut, Muhammad. 1998. Akidah dan Syari’ah Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asam Amino

Anggaran Fleksibel

Makalah Buah Manggis